Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa

pelabuhan sunda kelapa kini
Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi cikal-bakal dari kota Jakarta, sebenarnya pelabuhan sunda kelapa telah akrab berhubungan dengan bangsa-bangsa lain sejak abad XII. Kala itu, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada milik kerajaan Hindu di Jawa Barat, Pajajaran. Kapal-kapal asing yang singgah dan berdagang dengan pedagang lokal, antara lain, berasal dari China, Jepang, India Selatan, dan Arab. Setiap hari, para buruh pelabuhan sibuk naik turun membongkar muatan kapal, seperti aktivitas menurunkan kayu yang berasal dari Kalimantan. Di dermaga, berjajar kapal-kapal pinisi atau bugis schooner dengan bentuk khas, meruncing di salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal. Mereka juga membawa berbagai barang, seperti porselen, kopi, sutra, kain, wewangian, kuda, anggur, dan zat warna guna ditukar dengan rempah-rempah yang jadi kekayaan Tanah Air saat itu.

heaven Batavia tempo dulu yang kini menjadi sunda kelapa

Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang tiba di Sunda Kelapa pada 1512 untuk mencari rempah-rempah yang amat diminati dunia Barat. Keberadaan mereka ternyata tidak berlangsung lama. Gabungan kekuatan Kerajaan Banten dan Demak dipimpin Sunan Gunung Jati atau dikenal dengan nama Fatahillah menguasai Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang nyata pada 22 Juni 1527.

Kemudian Belanda tiba tahun 1596 dengan tujuan yang sama, yaitu mencari rempah-rempah. Rempah-rempah memang menjadi komoditas andalan bangsa-bangsa Eropa pada saat itu. Para pedagang Belanda awalnya mendapat sambutan hangat dari Pangeran Wijayakrama. Namun, hubungan mesra tersebut buyar ketika Belanda mengingkari perjanjian perdagangan. Lambat laun, hubungan pun berubah menjadi penjajahan.
pelabuhan sunda kelapa tempo dulu
Pada tahun 1613, Belanda membangun benteng di sekitar 200 meter arah selatan Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada 1839, di lokasi itu didirikan Menara Syahbandar yang berfungsi sebagai kantor pabean, atau pengumpulan pajak dari barang-barang yang diturunkan di pelabuhan. Lokasi menara menempati salah satu bastion (sudut benteng), sekaligus menandai monopoli perdagangan di Nusantara. Kini kawasan sekitar kompleks bangunan bersejarah itu penuh permukiman tak teratur, cenderung kumuh, dan di banyak tempat ditemukan tumpukan sampah. Menara Syahbandar tampak memprihatinkan dengan jendela kayu yang jebol dan bangunan mulai miring.
Padahal, kompleks kawasan bersejarah itu termasuk dalam perencanaan pembangunan koridor sejarah Jakarta yang dicanangkan sejak masa Ali Sadikin. Berkali-kali pemimpin Jakarta berganti, gagasan revitalisasi kota tua termasuk di dalamnya realisasi pembangunan koridor sejarah Jakarta, hanya sebatas rencana di atas kertas.
Seiring dengan perkembangan teknologi pada dunia pelayaran, banyak tuntutan dari dunia luar untuk melabuhkan kapal-kapal yang terbuat dari baja yang tidak bisa berlabuh di pelabuhan sunda kelapa karena strukturnya tepiannya yang dangkal. Kemudian dicarilah daerah pesisir terdekat yang lebih dalam untuk dijadikan pelabuhan bagi kapal-kapal besar dengan muatan yang lebih banyak. Tanjung priok menjadi daerah yang tepat.

sumber: kompas.com
             wikipedia.org

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Flag Counter
anekahosting.com web hosting murah terbaik di indonesia

 

Musik

Baner




backlink Sandaran Hati