Elektron ditemukan oleh Joseph
John Thomson pada tahun 1897. Penemuan elektron diawali dengan ditemukannya
tabung katode oleh William Crookes. Kemudian J.J. Thomson meneliti lebih lanjut
tentang sinar katode ini dan dapat dipastikan bahwa sinar katode ini merupakan
partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan di antara katode
dan anode.
|
Tabung sinar katode
|
Sifat sinar katode, antara lain:
1. merambat tegak lurus dari
permukaan katode menuju anode;
2. merupakan radiasi partikel
sehingga terbukti dapat memutar baling-baling;
3. bermuatan listrik negatif
sehingga dibelokkan ke kutub listrik positif;
4. dapat memendarkan berbagai
jenis zat, termasuk gelas.
Dari hasil percobaan tersebut,
J.J. Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom
yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
J.J. Thomson berhasil menentukan
perbandingan antara muatan dengan massa elektron (e/m) sebesar 1,76 ×
108 C/g. Kemudian pada
tahun 1909, Robert Millikan dari Universitas Chicago, berhasil menentukan
besarnya muatan 1 elektron sebesar 1,6 × 10-19 C. Dengan demikian,
maka harga massa 1 elektron dapat ditentukan dari harga perbandingan muatan
dengan massa elektron (e/m).
Nilai e/m =
1,76 x 108 C/g, maka
Massa 1
elektron =9.11 x 10-28 g
Setelah penemuan elektron, maka
model atom Dalton tidak dapat diterima lagi. Menurut J.J. Thomson, atom
merupakan partikel yang bersifat netral. Karena elektron bermuatan negatif maka
harus ada partikel lain yang dapat menetralkan muatan negatif tersebut yaitu
partikel yang bermuatan positif. Dari penemuannya tersebut, J.J. Thomson mengemukakan
teori atomnya yang dikenal dengan teori atom Thomson, yaitu:
Atom merupakan bola pejal yang
bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron yang bermuatan negatif.
Karena tersebarnya
elektron-elektron di dalam atom bagaikan kismis, sehingga disebut juga model
atom roti kismis.
Categories:
Model Atom Thomson
,
Penemuan Elektron